|
||||||||||||||||||||||||||
|
SAHABAT Disini
senang, disana senang. Dimana-mana hatiku senang. Lirik lagu nan
menawan. Mengingatkan pada kenangan Aku bertemu dengan kau.
Aku berkenalan dengan kau. Lalu aku berteman dengan kau. Dan akupun
bersahabat dengan mu. Dalam
suka,qta tertawa. Kala pilu, qta membisu. Saat sibuk, qta sibuk
berdendang. Dan merenung, bila qta bimbang. Sahabat….
Bersama qta lewati suatu masa. Yang indah penuh tawa. Dengan rajutan asa
yang hebat. Kini….
Masa itu telah lalu. Kau disana, aku disini. Menyongsong hari baru. Sahabat….
Saat nya telah tiba. Kuatlah untuk melangkah. Jalan maju penuh tekad. Meski
kau disana, aku disini. Tetaplah qta, bersahabat. Meski kau berbeda,
sama dengan diri. Qta tetaplah, bersahabat. Sahabat….
Jauh dimata, dekat dihati. Beriring doa dari hati. Tersimpan asa
untukmu, sahabat. Majulah dengan teguh. Tataplah masa baru, jangan ragu. Isi hati dengan asa penuh. Dan kaupun kan terus melaju. BAPAK Kurindu padamu. Senyum tulusmu. Keteguhan hatimu. Kearifan lakumu. Sedang
apa kau, Bapak. Terseyumkah?duduk maniskah?. Merokokkah?atau sedang
apakah?. Bapak…. Minggu
lalu qt bersua. Minggu lalu qta tertawa. Minggu lalu qta bercerita.
Adakah Bapak mengingatnya?. Kudisini,
Bapak disana. Tinggal dikota kecil sepi. Suka dikota nan asri.
Tinggalkan kebisingan kota. Terkadang
hatiku ingin teriak. Teriak keras nan kencang. Kencang bagai angin
topan. Topan yang membawa Bapak kemari. Lelah,
itu yang kurasa, Bapak. Sampai kapan kau disana, Bapak?. Akankah kau
tinggal disini lagi, Bapak? Sabarkah kau atas segalanya, Bapak?. Kuteringat
disuatu masa. Masa ketika kuingin teriak marah, Bapak. Bapak selalu
berkata, sabar. Sabar disayang Allah, nduk. Nduk hatimu harus tegar. Tegar
bagai karang ditepi laut. Laut luas tanda luas dunia. Dunia fana yang
hanya sebentar. Sebentar bila dibanding keabadian. Jangan
menangis saat sedih. Menangislah bila ingat dosa. Jangan tertawa bahak
saat suka. Tertawa kan membawa pedih. Nasihatmu, dalam sela-sela waktu,
Bapak. Terkadang
ingin kuberjanji. Janji tiada ingin nakal dan bawel. Janji tiada akan
rewel. Asalkan Bapak datang kemari. Kurindu
padamu. Senyum tulusmu. Keteguhan hatimu. Kearifan lakumu. Adakah kau rindu padaku, Bapak. Kapankah qta kan bertemu, Bapak. Mungkin esok, lusa atau hari ini. Aku tak tahu, Bapak. Dan aku kan selalu menantimu, Bapak. AKU
DAN KAU Kuteringat
masa lalu. Ditempat ini. Dikala itu. Kita pertama bertemu.
Aku diam. Kaupun diam. Hanya
lirikanmu bicara. Seolah ingin menyapaku. Kau
melihat terpaku. Aku melirik tersipu. Jengah rasanya. Ditatap sepasang
mata putra. Akupun mulai
bertanya-tanya. Siapakah kau?. Yang menatapku sarat makna. Dengan mata
berkilau. Yah,
sang waktu membantuku. Kau mendatangiku, menyapaku. Hingga terlihat
jelas maksudmu. Dan aku hanya diam membisu. Kebisuanku bukan tanpa
makna. Aku diam karena ragu. Aku bingung menghadapinya. Dan pikiranku
pun ikut membeku. Waktu
terus bergulir. Kau pun terus mendekat. Hatiku pun mulai mengalir. Namun
waktu juga tersekat. Kau disini. Aku disana.
Masa itupun terlupa. Hingga kini tiba lagi, aku disini. Seseorang
berkata. Kau mencariku. Ketika ku masih disana. Ini baru sampai padaku. Aku diam membisu,
bertanya pada waktu. Apakah asa itu masih ada?. Mungkinkan kau disini
tidak berbeda. Dalam diam, aku merajut asa pilu. Sang
waktu membantuku lagi. Kau memang berbeda. Menjelma bagai muara. Dan
telah mengikat janji. Asa pilu terpecah lerai.
Mengiring diri nan sendiri. Ku berharap dalam doa. Kau kan bahagia. Waktu
terus bergulir. Kutapaki kehidupan ini. Bagai mata air mengalir.
Bersinar bagai matahari. Semoga qta kan bertemu.
Dalam sentuhan takdir baru. Dengan iringan senyum murni. Dan ketulusan
dari hati. |
|||||||||||||||||||||||||
Manajemen © 2 0 0 5 |