April

 

Iik

 

Nur

 

Shinta

 

Denny

 

Luhur

 

Muldan

 

Bani

 


 


 
 Home
 
 Profil
 
 Music
 
 Game
 
 Merchandise
     
 Galeri
     
 Galeri 2
 
 Galeri 3
 
 Free Article   
 
ManajemenAwards
 
 Buku tamu
    
 Lihat Buku Tamu
     
     

SAHABAT 

Disini senang, disana senang. Dimana-mana hatiku senang. Lirik lagu nan menawan. Mengingatkan pada kenangan

Aku bertemu dengan kau. Aku berkenalan dengan kau. Lalu aku berteman dengan kau. Dan akupun bersahabat dengan mu.

Dalam suka,qta tertawa. Kala pilu, qta membisu. Saat sibuk, qta sibuk berdendang. Dan merenung, bila qta bimbang.

Sahabat…. Bersama qta lewati suatu masa. Yang indah penuh tawa. Dengan rajutan asa yang hebat.

Kini…. Masa itu telah lalu. Kau disana, aku disini. Menyongsong hari baru.

Sahabat…. Saat nya telah tiba. Kuatlah untuk melangkah. Jalan maju penuh tekad.

Meski kau disana, aku disini. Tetaplah qta, bersahabat. Meski kau berbeda, sama dengan diri. Qta tetaplah, bersahabat.

Sahabat…. Jauh dimata, dekat dihati. Beriring doa dari hati. Tersimpan asa untukmu, sahabat.

Majulah dengan teguh. Tataplah masa baru, jangan ragu. Isi hati dengan asa penuh. Dan kaupun kan terus melaju.

Next   1     2     3


BAPAK 

Kurindu padamu. Senyum tulusmu. Keteguhan hatimu. Kearifan lakumu.

Sedang apa kau, Bapak. Terseyumkah?duduk maniskah?. Merokokkah?atau sedang apakah?. Bapak….

Minggu lalu qt bersua. Minggu lalu qta tertawa. Minggu lalu qta bercerita. Adakah Bapak mengingatnya?.

Kudisini, Bapak disana. Tinggal dikota kecil sepi. Suka dikota nan asri. Tinggalkan kebisingan kota.

Terkadang hatiku ingin teriak. Teriak keras nan kencang. Kencang bagai angin topan. Topan yang membawa Bapak kemari.

Lelah, itu yang kurasa, Bapak. Sampai kapan kau disana, Bapak?. Akankah kau tinggal disini lagi, Bapak? Sabarkah kau atas segalanya, Bapak?.

Kuteringat disuatu masa. Masa ketika kuingin teriak marah, Bapak. Bapak selalu berkata, sabar. Sabar disayang Allah, nduk. Nduk hatimu harus tegar.

Tegar bagai karang ditepi laut. Laut luas tanda luas dunia. Dunia fana yang hanya sebentar. Sebentar bila dibanding keabadian.

Jangan menangis saat sedih. Menangislah bila ingat dosa. Jangan tertawa bahak saat suka. Tertawa kan membawa pedih. Nasihatmu, dalam sela-sela waktu, Bapak.

Terkadang ingin kuberjanji. Janji tiada ingin nakal dan bawel. Janji tiada akan rewel. Asalkan Bapak datang kemari.

Kurindu padamu. Senyum tulusmu. Keteguhan hatimu. Kearifan lakumu.

Adakah kau rindu padaku, Bapak. Kapankah qta kan bertemu, Bapak. Mungkin esok, lusa atau hari ini. Aku tak tahu, Bapak. Dan aku kan selalu menantimu, Bapak. 

Next   1     2     3


AKU DAN KAU 

Kuteringat masa lalu. Ditempat ini. Dikala itu. Kita pertama bertemu.

        Aku diam. Kaupun diam. Hanya lirikanmu bicara. Seolah ingin menyapaku.

Kau melihat terpaku. Aku melirik tersipu. Jengah rasanya. Ditatap sepasang mata putra.

Akupun mulai bertanya-tanya. Siapakah kau?. Yang menatapku sarat makna. Dengan mata berkilau.

Yah, sang waktu membantuku. Kau mendatangiku, menyapaku. Hingga terlihat jelas maksudmu. Dan aku hanya diam membisu.

Kebisuanku bukan tanpa makna. Aku diam karena ragu. Aku bingung menghadapinya. Dan pikiranku pun ikut membeku.

Waktu terus bergulir. Kau pun terus mendekat. Hatiku pun mulai mengalir. Namun waktu juga tersekat.

Kau disini. Aku disana. Masa itupun terlupa. Hingga kini tiba lagi, aku disini.

Seseorang berkata. Kau mencariku. Ketika ku masih disana. Ini baru sampai padaku.

Aku diam membisu, bertanya pada waktu. Apakah asa itu masih ada?. Mungkinkan kau disini tidak berbeda. Dalam diam, aku merajut asa pilu.

Sang waktu membantuku lagi. Kau memang berbeda. Menjelma bagai muara. Dan telah mengikat janji.

Asa pilu terpecah lerai. Mengiring diri nan sendiri. Ku berharap dalam doa. Kau kan bahagia.

Waktu terus bergulir. Kutapaki kehidupan ini. Bagai mata air mengalir. Bersinar bagai matahari.

Semoga qta kan bertemu. Dalam sentuhan takdir baru. Dengan iringan senyum murni. Dan ketulusan dari hati.  

Next   1     2     3

 

Manajemen  ©  2 0 0 5