April

 

Iik

 

Nur

 

Shinta

 

Denny

 

Luhur

 

Muldan

 

Bani

 


 
 Home
 
 Music
 
 Game
 
 Merchandise
     
 Galeri
     
 Galeri 2
 
 Galeri 3
 
 Free Story   
 
 Manajemen Awards
 
 Buku tamu
    
 Lihat Buku Tamu
     
     

Asal Lafadz Allah

Author: Ahmad Syaibani

      Allah adalah nama bagi dzat yang wajib wujudnya. Lafazd " Allah" berasal dari kata "Ilahun" yang merupakan  isim jinis bagi tiap-tiap sesuatu yang disembah sehingga dalam hal ini lafadz ilahun mempunyai makna yang umum (nakirah). Lafadz Ilahun bisa digunakan untuk setiap sesuatu yang disembah seperti; berhala, dewa matahari, dewa langit, atau apapun itu yang bisa disembah. Kemudian lafadz ilahun tersebut dibuat supaya mempunyai makna khusus ilah (tuhan) bagi umat Islam  yaitu dengan menambah Al ta'rif sehingga menjadi " Al-ilah". Proses selanjutnya adalah membuang hamzah kedua sehingga terbentuk kata Al-lah. Lalu, Lam pertama di idghamkan pada lam kedua sehingga terbentuklah kata Allah. (Lihat kitab Fathul Mu'in, mungkin dihalaman pertama tapi saya juga sudah lupa, soalnya itu saya pelajari waktu kelas 3 SMP). here the process:
 
 
 
 
Dima'rifatkan (dikhususkan) dengan menambah Al ta'rif
 
 
Hamzah kedua dibuang
 
 
Lam pertama di idghamkan pada lam kedua
 

Pendapat lain menyebutkan Lafadz Allah adalah  "ghairu musytaq" yaitu lafazd yang tidak ada asal katanya dan bukan merupakan pecahan dari kata lain.  Sehingga lafadz Allah tidak bisa diubah menjadi bentuk ganda  (tatsniyah) atau jama' (plural). Demikian pula lafadz Allah tidak bisa dijadikan sebagai mudhaf (gabungan kata) tetapi bisa dijadikan sebagai mudhaf ilaih (bagian kata yang menerangkan) seperti dalam kata Rasulullah, Habibullah, Abdullah, dll.

Lafadz " Allah' bisa juga disebut sebagai isim murtajal, yaitu nama yang langsung jadi. Allah sendirilah yang memilih sendiri nama itu untuk menyebut diriNya.

Bagaimana mengucapkan "Allah"?

Lafadz Allah adalah lafadz yang agung (lafdzul jalalah) sehingga cara pengucapannya adalah dengan cara tebal (tafkhim). Pengucapan dengan tafkhim berarti seluruh rongga mulut penuh dengan suara, tidak ada ruang sedikitpun yang tidak terisi oleh suara.

Guru Qiroah saya mengajarkan, cara untuk membaca dengan tebal (tafkhim) adalah dengan sedikit menarik lidah kebelakang.

Jadi lafazdkan "Allah" ( memakai A) bukan "Alloh" ( memakai O ), tariklah lidah sedikit kebelakang dan lafadzkan keseluruh rongga mulut. Hmm... Anda sudah menjadi orang yang fasih.

Bagaimana menerjemahkan "Allah"?

Menurut pendapat pertama lafadz Allah dibentuk supaya mempunyai makna khusus (ma'rifat) sehingga lafadz Allah tidak bisa diterjemahkan sebagai Tuhan / God, karena Tuhan / God memiliki makna yang umum..  Menurut pendapat kedua lafadz Allah bukanlah bahasa Arab, akan tetapi bahasa universal. Sehingga lafadz Allah harus diterjemahkan sebagai Allah dalam bahasa manapun. Wallahu A'lam Bisshawab.(syaib)

 

Manajemen  ©  2 0 0 7